Harga sebuah Konsistensi


Si Bapak (via Telepon) : "Assalamu'alaikum ibu... ini saya, bu maaf anak saya mahasiswa ibu, mohon maaf ini bu, dia belum daftar praktikum, soalnya dia sibuk, bisa gak bu saya minta tolong anak saya, namanya Candra bu, bisa gak bu soalnya dia pengen buru-buru kelar?"
(si bapak adalah rekan kerja tapi beda fakultas)

saya : "Walaikum salaam, apa kabar pak? Oh, rasanya saya kenal anak bapak, dia lumayan aktif di kelas saya, apa masalahnya koq dia sampe gak daftar? padahal setiap kelas weekend kami ketemu. Waduh maaf Pak, bukannya saya gak mau bantu, tapi sekarang Ujian akhir sudah selesai, dan nilai sudah mesti diserahkan, dan tidak memungkinkan bagi saya untuk membantu dalam kasus ini, saya sarankan anak bapak untuk ikut Semester Pendek atau mengulang semester depan. Maaf ya pak.

(Dengan penutup obrolan yang cukup baik akhirnya si Bapak menerima... entah dengan ikhlas atau sebaliknya saya tidak tau )

Dilain waktu.. saat bertemu pada sebuah meeting di kampus...

Seorang teman meminta tolong diperhatikan keponakannya yang ikut di kelas saya. "Bu tolong ya, ponakan saya dibantu...". dengan santai saya tanya "siapa namanya pak?" oooh si anu... sebentar ya pak. saya ambil presensi kelas dan daftar nilai sementara.. saya tunjukkan pada teman tersebut. "Maaf Pak, bukannya saya gak mau membantu, tapi coba lihat, dia cuma satu kali masuk". Hanya ada satu paraf si mahasiswa dan kolom kehadiran lainnya penuh dengan tanda silang. "Coba bapak liat daftar nilai ini pak, sudah ada 12 item penilaian untuk setiap mahasiswa, baik nilai kuis, paper, presentasi dan uts, sementara dia belum ada satupun, gimana Pak, apa yang harus saya lakukan?" Dengan muka masam si Bapak meninggalkan meja dan berlalu.

dan masih banyak peristiwa-peristiwa lainnya yang relevan.

Oh Tuhan....
betapa sulit menjaga sebuah konsistensi.
dibilang "sok idealis" dibilang "killer", dicemooh dll ... monggo aja
terserah deh...
sudah terlalu sering aku merenung, dunia akan tetap seperti ini meskipun aku berbuat segala kecurangan untuk menyenangkan "mereka".
dunia tetap akan mengecam meskipun aku tiarap dan merunduk pada kebatilan.
maka, biarkan hati nurani berbicara dan menjadi raja yang memegang tongkat komando dalam setiap gerak nafas kehidupanku.
Semoga Allah menolong orang-orang yang bersabar...

1 komentar:

Anonim mengatakan...

hebat, anda memang orang hebat, teori selektifitas pun akan anda alami, anda akan berkumpul dengan orang-orang yang mempunyai kepribadian yang sama dengan anda, anda akan dijauhi oleh orang-orang yang berbeda kepribadian dengan anda. anda sekarang sedang melakukan seleksi, dengan siapa anda berteman, berdiskusi, saling membutuhkan, dan disana anda merasa nyaman. just do it, if you think you can, you can. but positive thinking always

Posting Komentar