Ayah


Pagi itu... Rabu, 22 November 2006

Aku ingat sekali... pagi itu di masjid salah satu Rumah Sakit Islam dikotaku, dalam doa sholat dhuha ku, memohon kepada Allah SWT, pencipta langit dan bumi, penguasa atas jiwa manusia, untuk kesembuhan beliau. Dengan segala kepasrahan yang mendalam dan ketundukan jiwa, meminta ayahku kembali dari tidurnya yang dalam.
Sudah sepuluh hari tak ada tanda-tanda kembalinya kesadaran sang ayahanda.

7.30 ruang ICU dibuka, dokter datang dan aku terus membaca Al-Quran disamping beliau, berharap didalam tidurnya yang jauh, dia tetap mendengar dengan khusuk.
Tiba-tiba, matanya terbuka (setelah hampir 10 hari terpejam). Dengan gugup kupanggil dokter, kemudian kulihat sekujur tubuhnya merinding..
Ya robbi... apa yang terjadi....

Dengan segala ilmu pengetahuan paramedis berusaha menyentak jantung nya serta usaha-usaha kedokteran lainnya, dan segala kepanikan pun terjadi.

Tuhanku...
Aku harus siap untuk segala kemungkinan yang terjadi. Dengan ketenangan yang luar biasa (yang sampai saat ini pun sulit aku percaya). Aku terus mengucap kalimat-kalimat tauhid ditelinganya mengantar beliau menemui penciptaNya.

Akhirnya, dokter mengatakan bahwa beliau telah tiada. Tanpa pesan terakhir, tanpa berbagai wejangan, beliau pergi.. dengan sakit yang tiba-tiba, perawatan intensif rumah sakit tidak bisa mengembalikan kebugarannya. Tugasnya telah selesai, pengabdiannya untuk keluarga dan masyarakat telah tuntas. Tuhan telah berkenan menjemput apa yang menjadi hakNya. Seorang laki-laki yang telah 62 tahun menjalani takdirnya di alam dunia untuk bertemu dan mempertanggungjawabkan segalanya dipengadilan tertinggi.

Seorang suami yang keras dengan prinsip-prinsipnya, seorang ayah yang menjadi teladan bagi anak-anaknya, seorang sahabat, keluarga dan teman yang baik. Kami semua telah kehilangan sosok yang sangat dominan. Sampai saat ini segala sesuatu yang menjadi aturannya tetap dijalankan seolah-olah beliau masih ada di rumah. Terima kasih ayahku, hanya doa yang dapat kami sampaikan..

Maafkan kami yang tidak sempat membalas segala kasih dan teladanMu selama ini.
Maafkan kami atas segala salah dan khilaf yang pernah kau rasa namun tak pernah kau ungkap. Maafkan kami yang merasa besar dihadapanmu...

Setelah kau pergi, terasa kini betapa berat tugasmu selama ini,
terasa kini apa yang kami anggap mudah ternyata sulit sekali....

Selamat jalan Pahlawan kami, tiada setitikpun yang dapat kami lakukan untuk membalas jasa-jasamu...